Senin, 15 Juni 2015

Peristiwa Rengasdengklok



1.         Latar belakang Peristiwa Rengasdengklok

15 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Sutan Syahrir mengetahui berita itu dari siaran radio. Para pemuda dan Syahrir mendesak agar Sukarno dan Moh. Hatta segera memerdekakan Indonesia. Namun Sukarno dan Moh. Hatta belum bersedia, mereka akan mengonfrmasi terlebih dulu berita tersebut. Sebagai tokoh-tokoh yang demokratis, tahu hak dan kewajiban selaku pemimpin, kedua tokoh itu berpendapat bahwa untuk memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia, perlu dibicarakan dengan PPKI agar tidak menyimpang dari ketentuan. Menurut para pemuda, PPKI itu buatan Jepang.
Hari Rabu tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.00 WIB, para pemuda dipimpin Wikana, Sukarni, dan Darwis datang di rumah Sukarno di Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Wikana dan Darwis memaksa Sukarno untuk memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia. Para pemuda mendesak agar proklamasi dilaksanakan paling lambat tanggal 16 Agustus 1945.
Sukarno marah, sambil menunjuk lehernya ia berkata, “Ini goroklah leherku, saudara boleh membunuh saya sekarang juga. Saya tidak bisa melepas tanggung jawab saya sebagai ketua PPKI, karena itu akan saya tanyakan kepada wakil-wakil PPKI besok”.
Malamnya, sekitar pukul 24.00  15 Agustus, para pemuda antara lain Sukarni, Yusuf Kunto, Chaerul Saleh, dan Shodanco Singgih mengadakan pertemuan di Jl Cikini 71 Jakarta. Mereka sepakat untuk membawa Sukarno dan Moh. Hatta ke luar kota. Shodanco Singgih memimpin pelaksanaan rencana tersebut.

2.         Tujuan Pengasingan

Tujuannya, agar kedua tokoh ini jauh dari pengaruh Jepang dan bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. 

3.         Kronologi Peristiwa Rengasdengklok

Singgih, Sampun (pengemudi), Sutrisno (penembak mahir), Sukarni, Wikana, dan dr. Muwardi menuju ke rumah Moh.Hatta dan secara singkat minta kesediaan Moh. Hatta untuk ikut ke luar kota. Moh. Hatta menuruti. Rombongan kemudian menuju ke rumah Sukarno. Singgih meminta agar Sukarno ikut. Sukarno setuju, asal Fatmawati, Guntur (waktu itu berusia sekitar delapan bulan) dan Moh. Hatta ikut serta. 16 Agustus pukul 04.00 pagi rombongan Sukarno, Moh. Hatta, dan para pemuda menuju Rengasdengklok.
Dipilih daerah Kawedanan Rengasdengklok, karena daerah itu terpencil (15 km dari Kedunggede, Karawang). Juga ada hubungan baik antara Daidan Peta Purwakarta dan Daidan Jakarta, sehingga segi keamanan terjamin. Pagi hari rombongan sampai di Rengasdengklok. Mereka diterima oleh Shodanco Subeno dan Affan dan ditempatkan di rumah  Kie Song yang simpati pada perjuangan bangsa Indonesia. Sehari di Rengasdengklok, ternyata gagal memaksa Sukarno untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia lepas dari campur tangan Jepang.
Namun, ada gelagat yang ditangkap oleh Singgih bahwa Sukarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia kalau sudah kembali ke Jakarta. Melihat tanda-tanda bahwa Sukarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, maka sekitar pukul 10.00 bendera Merah Putihdikibarkan di halaman Kawedanan Rengasdengklok.
Jakarta berada dalam keadaan tegang karena tanggal 16 Agustus 1945 diadakan pertemuan PPKI, tetapi Sukarno dan Moh. Hatta tidak ada di tempat. Ahmad Subarjo segera mencari kedua tokoh tersebut. Terjadi kesepakatan antara Wikana dan Ahmad Subarjo,  Ahmad Subarjo ditunjukkan dan diantarkan ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto dan tiba pukul 17.30 WIB untuk menjemput Sukarno dan rombongan.
Ahmad Subarjo memberikan jaminan. Apabila besok (tanggal 17 Agustus) paling lambat pukul 12.00, belum ada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, taruhannya nyawa Ahmad Subarjo. Dengan jaminan itu, maka Shodanco Subeno mewakili para pemuda mengizinkan Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, dan rombongan kembali ke Jakarta. Petang itu juga Sukarno dan rombongan kembali ke Jakarta.
Dengan demikian berakhirlah peristiwa Rengasdengklok.

0 komentar:

Posting Komentar