1.
Latar
belakang Peristiwa Rengasdengklok
15 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Sutan Syahrir
mengetahui berita itu dari siaran radio. Para pemuda dan Syahrir mendesak agar
Sukarno dan Moh. Hatta segera memerdekakan Indonesia. Namun Sukarno dan Moh.
Hatta belum bersedia, mereka akan mengonfrmasi terlebih dulu berita tersebut.
Sebagai tokoh-tokoh yang demokratis, tahu hak dan kewajiban selaku pemimpin,
kedua tokoh itu berpendapat bahwa untuk memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia,
perlu dibicarakan dengan PPKI agar tidak menyimpang dari ketentuan. Menurut
para pemuda, PPKI itu buatan Jepang.
Hari Rabu tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.00 WIB, para pemuda
dipimpin Wikana, Sukarni, dan Darwis datang di rumah Sukarno di Pegangsaan Timur
No. 56 Jakarta. Wikana dan Darwis memaksa Sukarno untuk memproklamasikan
Kemerdekaan Indonesia. Para pemuda mendesak agar proklamasi dilaksanakan paling
lambat tanggal 16 Agustus 1945.
Sukarno marah, sambil menunjuk lehernya ia berkata, “Ini goroklah
leherku, saudara boleh membunuh saya sekarang juga. Saya tidak bisa melepas
tanggung jawab saya sebagai ketua PPKI, karena itu akan saya tanyakan kepada
wakil-wakil PPKI besok”.
Malamnya, sekitar pukul 24.00
15 Agustus, para pemuda antara lain Sukarni, Yusuf Kunto, Chaerul Saleh,
dan Shodanco Singgih mengadakan pertemuan di Jl Cikini 71 Jakarta. Mereka
sepakat untuk membawa Sukarno dan Moh. Hatta ke luar kota. Shodanco Singgih
memimpin pelaksanaan rencana tersebut.
2.
Tujuan
Pengasingan
Tujuannya, agar kedua tokoh ini jauh dari pengaruh Jepang dan bersedia
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
3.
Kronologi
Peristiwa Rengasdengklok
Singgih, Sampun (pengemudi), Sutrisno (penembak mahir), Sukarni,
Wikana, dan dr. Muwardi menuju ke rumah Moh.Hatta dan secara singkat minta
kesediaan Moh. Hatta untuk ikut ke luar kota. Moh. Hatta menuruti. Rombongan
kemudian menuju ke rumah Sukarno. Singgih meminta agar Sukarno ikut. Sukarno
setuju, asal Fatmawati, Guntur (waktu itu berusia sekitar delapan bulan) dan
Moh. Hatta ikut serta. 16 Agustus pukul 04.00 pagi rombongan Sukarno, Moh.
Hatta, dan para pemuda menuju Rengasdengklok.
Dipilih daerah Kawedanan Rengasdengklok, karena daerah itu terpencil (15
km dari Kedunggede, Karawang). Juga ada hubungan baik antara Daidan Peta Purwakarta
dan Daidan Jakarta, sehingga segi keamanan terjamin. Pagi hari rombongan sampai
di Rengasdengklok. Mereka diterima oleh Shodanco Subeno dan Affan dan
ditempatkan di rumah Kie Song yang
simpati pada perjuangan bangsa Indonesia. Sehari di Rengasdengklok, ternyata
gagal memaksa Sukarno untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia lepas dari campur
tangan Jepang.
Namun, ada gelagat yang ditangkap oleh Singgih bahwa Sukarno bersedia memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia kalau sudah kembali ke Jakarta. Melihat tanda-tanda bahwa
Sukarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, maka sekitar pukul
10.00 bendera Merah Putihdikibarkan di halaman Kawedanan Rengasdengklok.
Jakarta berada dalam keadaan tegang karena tanggal 16 Agustus 1945 diadakan
pertemuan PPKI, tetapi Sukarno dan Moh. Hatta tidak ada di tempat. Ahmad
Subarjo segera mencari kedua tokoh tersebut. Terjadi kesepakatan antara Wikana
dan Ahmad Subarjo, Ahmad Subarjo ditunjukkan
dan diantarkan ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto dan tiba pukul 17.30 WIB
untuk menjemput Sukarno dan rombongan.
Ahmad Subarjo memberikan jaminan. Apabila besok (tanggal 17 Agustus)
paling lambat pukul 12.00, belum ada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
taruhannya nyawa Ahmad Subarjo. Dengan jaminan itu, maka Shodanco Subeno
mewakili para pemuda mengizinkan Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, dan rombongan
kembali ke Jakarta. Petang itu juga Sukarno dan rombongan kembali ke Jakarta.
Dengan
demikian berakhirlah peristiwa Rengasdengklok.
0 komentar:
Posting Komentar