Senin, 15 Juni 2015

Naskah Proklamasi

Rumusan Naskah Proklamasi yang ditulis oleh Ir. Soekarno :

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan
tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17-8-‘05
Wakil-2 bangsa Indonesia

Keterangan: 

Kalimat pertama merupakan saran Ahmad Subarjo yang diambil dari Piagam Jakarta. 
Kalimat kedua merupakan sumbangan pikiran Hatta, karena beliau menganggap kalimat pertama hanyalah
merupakan pernyataan dari kemauan bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri. Menurut pendapatnya perlu ditambahkan pernyataan mengenai pengalihan kekuasaan.

Naskah Proklamasi yang sudah diketik oleh Sayuti Melik :

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja. 

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05
Atas nama bangsa Indonesia
Sukarno-Hatta
(tandatangan Sukarno)
(tandatangan Hatta)


Keterangan : naskah diatas sudah mengalami perubahan sesuai dengan persetujuan dalam rapat.


Naskah Proklamasi Otentik

Beberapa perubahan yang dimaksud, yaitu :
  • Kata tempoh diganti dengan kata tempo
  • Penulisan tanggal, bulan, dan tahun yang semula Jakarta, 17-8-’05 diubah menjadi Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun ‘05. (Tahun 05 adalah singkatan dari tahun Jepang Sumera, yakni tahun 2605 yang bertepatan dengan tahun 1945 Masehi)
  • Kata Wakil-wakil bangsa Indonesia diganti dengan kata Atas nama bangsa Indonesia. Teks proklamasi diketik kemudian ditandatangani oleh Sukarno  dan Moh. Hatta
Naskah inilah kemudian yang disebut teks proklamasi yang otentik.

Operasi Aritmatika Pemrograman C++



A. Operator Aritmatika

Adalah operator yang digunakan untuk melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian atau operator yg digunakan untuk melakukan perhitungan pada bilangan.

Operasi
Operator
Penambahan
+
Pengurangan
Perkalian
*
Pembagian
/
Sisa pembagian
% (modulus)

Operator mempunyai sifat:
1. Unary
Sifat unary pada operator hanya melibatkan sebuah operand pada suatu operasi aritmatik. Contoh : -5
2. Binary
Sifat binary pada operator melibatkan dua buah operand pada suatu operasi aritmatik. Contoh : 4 + 8
3. Ternary
Sifat tenary pada operator melibatkan tiga buah operand pada suatu operasi aritmatik. Contoh : (10 % 3) + 4 + 2

Operator +, -, * dan / telah jelas artinya, yang perlu dijelaskan adalah operator modulus (%), operator ini dipakai untuk mencari sisa dan pembagian antar bilangan bulat, misalnya 20 % 8 menghasilkan 4 karena sisa pembagian dari 20 dibagi 8 adalah 4.

Suatu ekpresi dapat mengandung lebih dari satu jenis operator, C++ mengartikannya berdasar order of precedence dari operator-operator tersebut. Order of precedence dari operator menunjukkan hirarki matematis dari suatu operator. Untuk operator aritmatik order of precedence-nya yang tinggi adalah kali (*), bagi (/) dan modulus (%) sedang yang rendah adalah tambah (+) dan kurang (-),Jadi C++ selalu melakukan kali, bagi dan modulus lalu diikuti tambah dan kurang.

B. Tipe data

Tipe data dapat diartikan sebagai variabel yang digunakan untuk penyimpanan data. Kita diharuskan mendeklerasikan tipe data dari semua variabel dan apabila lupa atau salah mengikuti aturan pengdeklarasian variabel maka akan mendapatkan error.
Ada beberapa tipe data diantanya :

1. Character  

Adalah tipe data berisi karakter tunggal yang didefinisikan dengan diawali dan diakhiri tanda petik (’).
Char berbeda dengan String, karena String bukan merupakan tipe data primitif, tetapi sudah merupakan sebuah objek. Tipe data char mengikuti aturan unicode, sehingga dapat menggunakan kode \u kemudian diikuti bilangan dari 0 sampai 65535, tetapi yang biasa digunakan adalah bilangan heksadesimal dari 0000 sampai FFFF.
Misalnya : ‘\u123’

2. Bilangan Bulat

Adalah adalah tipe data integer yang digunakan apabila tidak berurusan dengan pecahan atau bilangan decimal. Yang termasuk dalam numerik diantaranya :

Tipe
Rentang Nilai
Format
Byte
0 ... 255
Unsigned 8 – bit
Shortlist
- 128 ... 127
Signed 8 – bit
Word
0 ... 65535
Unsigned 16 – bit
Integer
- 32768 ... 32767
Signed 16 bit
Longint
-2147483648 ... 2147483647
Signed 32 bit

3. Boolean 

Adalah tipe data yang terdiri dari dua nilai yaitu True dan False. Boolean sangat penting dalam mengevaluasi suatu kondisi, dan sering digunakan untuk menentukan alur program.

Peristiwa Rengasdengklok



1.         Latar belakang Peristiwa Rengasdengklok

15 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Sutan Syahrir mengetahui berita itu dari siaran radio. Para pemuda dan Syahrir mendesak agar Sukarno dan Moh. Hatta segera memerdekakan Indonesia. Namun Sukarno dan Moh. Hatta belum bersedia, mereka akan mengonfrmasi terlebih dulu berita tersebut. Sebagai tokoh-tokoh yang demokratis, tahu hak dan kewajiban selaku pemimpin, kedua tokoh itu berpendapat bahwa untuk memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia, perlu dibicarakan dengan PPKI agar tidak menyimpang dari ketentuan. Menurut para pemuda, PPKI itu buatan Jepang.
Hari Rabu tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.00 WIB, para pemuda dipimpin Wikana, Sukarni, dan Darwis datang di rumah Sukarno di Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Wikana dan Darwis memaksa Sukarno untuk memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia. Para pemuda mendesak agar proklamasi dilaksanakan paling lambat tanggal 16 Agustus 1945.
Sukarno marah, sambil menunjuk lehernya ia berkata, “Ini goroklah leherku, saudara boleh membunuh saya sekarang juga. Saya tidak bisa melepas tanggung jawab saya sebagai ketua PPKI, karena itu akan saya tanyakan kepada wakil-wakil PPKI besok”.
Malamnya, sekitar pukul 24.00  15 Agustus, para pemuda antara lain Sukarni, Yusuf Kunto, Chaerul Saleh, dan Shodanco Singgih mengadakan pertemuan di Jl Cikini 71 Jakarta. Mereka sepakat untuk membawa Sukarno dan Moh. Hatta ke luar kota. Shodanco Singgih memimpin pelaksanaan rencana tersebut.

2.         Tujuan Pengasingan

Tujuannya, agar kedua tokoh ini jauh dari pengaruh Jepang dan bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. 

3.         Kronologi Peristiwa Rengasdengklok

Singgih, Sampun (pengemudi), Sutrisno (penembak mahir), Sukarni, Wikana, dan dr. Muwardi menuju ke rumah Moh.Hatta dan secara singkat minta kesediaan Moh. Hatta untuk ikut ke luar kota. Moh. Hatta menuruti. Rombongan kemudian menuju ke rumah Sukarno. Singgih meminta agar Sukarno ikut. Sukarno setuju, asal Fatmawati, Guntur (waktu itu berusia sekitar delapan bulan) dan Moh. Hatta ikut serta. 16 Agustus pukul 04.00 pagi rombongan Sukarno, Moh. Hatta, dan para pemuda menuju Rengasdengklok.
Dipilih daerah Kawedanan Rengasdengklok, karena daerah itu terpencil (15 km dari Kedunggede, Karawang). Juga ada hubungan baik antara Daidan Peta Purwakarta dan Daidan Jakarta, sehingga segi keamanan terjamin. Pagi hari rombongan sampai di Rengasdengklok. Mereka diterima oleh Shodanco Subeno dan Affan dan ditempatkan di rumah  Kie Song yang simpati pada perjuangan bangsa Indonesia. Sehari di Rengasdengklok, ternyata gagal memaksa Sukarno untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia lepas dari campur tangan Jepang.
Namun, ada gelagat yang ditangkap oleh Singgih bahwa Sukarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia kalau sudah kembali ke Jakarta. Melihat tanda-tanda bahwa Sukarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, maka sekitar pukul 10.00 bendera Merah Putihdikibarkan di halaman Kawedanan Rengasdengklok.
Jakarta berada dalam keadaan tegang karena tanggal 16 Agustus 1945 diadakan pertemuan PPKI, tetapi Sukarno dan Moh. Hatta tidak ada di tempat. Ahmad Subarjo segera mencari kedua tokoh tersebut. Terjadi kesepakatan antara Wikana dan Ahmad Subarjo,  Ahmad Subarjo ditunjukkan dan diantarkan ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto dan tiba pukul 17.30 WIB untuk menjemput Sukarno dan rombongan.
Ahmad Subarjo memberikan jaminan. Apabila besok (tanggal 17 Agustus) paling lambat pukul 12.00, belum ada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, taruhannya nyawa Ahmad Subarjo. Dengan jaminan itu, maka Shodanco Subeno mewakili para pemuda mengizinkan Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, dan rombongan kembali ke Jakarta. Petang itu juga Sukarno dan rombongan kembali ke Jakarta.
Dengan demikian berakhirlah peristiwa Rengasdengklok.